Rabu, 25 November 2009

Fakultas Biologi UNSOED Peduli Pangan Lokal Khas Banyumas



[unsoed.ac.id, Sen, 1/10/12] Fakultas Biologi selalu menjadi bagian dari masyarakat dan menjadi tempat pemecahan masalah bagi masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan diturunkannya sebuah tim gabungan dari Laboratorium mikrobiologi dan Laboratorium Mikologi ke Desa Ciberung, Ajibarang Banyumas Rabu, 26/9 kemarin. Tim yang digawangi Drs. Sukanto, M.Kes. ini bertugas untuk mengevaluasi dan memberikan solusi untuk meningkatkan kualitas perekonomian para pengrajin tempe Dage. Para peniliti unggul ini akan melakukan berbagai penelitian untuk mengangkat panganan lokal Banyumas ini. Penelitian yang akan dilaksanakan dititik beratkan pada peningkatan kualitas produk dengan isolat unggulan, melakukan diversivikasi produk, menurunkan biaya produksi, hingga mencoba teknologi mekanikasi produksi. Tim akan semakin solid dengan bergabungnya guru besar mikologi UNSOED, Prof. Drs. Rubiyanto Misman sebagai pendamping. Kegiatan ini turut disupport oleh pemerintah daerah kabupaten Banyumas.
Desa Ciberung adalah satu diantara beberapa wilayah produsen tempe dage di Banyumas. Hampir 100 KK atau lebih dari 80 % penduduk desa ini menggantungkan hidupnya dari produksi tempe ini. Tempe yang berbahan baku bungkin kepala ini adalah satu diantara sekian banyak makanan khas banyumas yang menjadi idola masyarakat. Namun patut disayangkan teknik pengolahan yang kurang benar dapat berakibat fatal pada konsumen. Seperti kasus keracunan yang terjadi puluhan tahun silam yang berimbas pada pelarangan produksi jenis tempe ini. Disisi lain selain menjadi mata pencaharian utama oleh banyak masyarakat Banyumas, makanan tradisional ini merupakan potensi sumber daya lokal yang menyimpan potensi usaha yang besar. Oleh karena itu Fakultas Biologi mencoba mencari solusi untuk mengubah tempe ini menjadi produk lokal yang dapat menjadi kebanggaan wilayah Banyumas dan sekitarnya.
Tim ini beranggotakan 3 orang dengan berbagai bidang keahlian. Menurut Drs. Sukanto, M.Kes. tim ini akan bekerja secara marathon dan kontinyu dalam melakukan berbagai upaya untuk menganggkat potensi produk ini. “Kami melibatkan beberapa orang dengan bidang keahlihan berbeda untuk mengembangkan produk ini,  saat ini tim baru beranggotakan dari pakar mikologi, mikrobiologi, dan biologi molekuler, tapi melihat kompleksnya permasalahan ditingkat pengrajin tidak menutup kemungkinan kami akan melibatkan pakar dengan bidang keahliaan yang lain.” Ungkap beliau. Untuk menajamkan kajian tentang makanan ini tim juga menggandeng Prof. Drs. Rubiyanto Misman. Beliau telah melakukan lebih dari 95 penelitan tentang makanan khas Banyumas ini. “Ilmu dan pengetahuan beliau akan sangat membantu kami dalam mencapai tujuan kegiatan ini.” Imbuh beliau. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan awal dari rangkaian panjang kegiatan yang telah diagendakan. Dalam temu awal ini telah didentifikasi beberapa permasalahan di tingkat pengrajin untuk kami jadikan modal dalam kegiatan selanjutnya. Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan adalah melakukan peningkatan kualitas produk dengan menggunakan koleksi isolat unggulan dari Fakultas Biologi,  melakukan diversivikasi produk baik dalam jenis  maupun produk olahannya, bahkan jika memungkinkan dapat dilakukan mekanisasi teknik pembuatan untuk menekan biaya produksi. “Dalam waktu dekat akan kami mulai dengan mengkaji kualitas produk terbaik yang diproduksi dengan menggunakan berbagai koleksi isolat unggulan koleksi Fakultas Biologi.”  Tandas beliau.
Salah satu permasalahan yang muncul adalah tingginya harga bahan baku. Bungkil kelapa sebagai bahan baku utama ternyata diperoleh dari Jakarta bahkan didatangkan dari Sumatra. Dengan lebih dari 100 KK pengajin tempe di desa ini setiap harinya tidak kurang 2 ton bahan baku dihabiskan untuk pembuatan tempe ini. Setiap kilogramnya pengrajin harus membayar 2800 rupiah. Jika dihitung secara kasar biaya untuk membuat produk ini 50 ribu per 10 kg, sedangkan harga jualnya hanya mencapai 80 ribu per 10 kg bahan baku. Angka itu belum termasuk biaya tenaga kerja dan tranportasi. “Kami telah melakukan koordinasi dengan pihak pemda untuk ikut menangani ketersediaan bahan baku ini, dengan mahalnya bahan baku akan sulit untuk mengembangkan produk lokal kegemaran masyarakat ini” ungkap beliau.
Seiring visi Fakultas dan Universitas, kampus biru ini memang terus mendorong kepada seluruh staf untuk mengangkat sumber daya lokal dalam berbagai aktivitas. Dengan mengkaji potensi lokal ini diharapkan Fakultas Biologi dapat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat disekitar Universitas. Sebagai bagian dari masyarakat, tahun ini melalui berbagai laboratorium dan para pakarnya Fakultas Biologi telah menelurkan berbagai teknologi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di masyarakat. Maju Terus Pantang Menyerah !(ES)
Alamat pengrajin Tempe - Dages: grumbul senthong RW 06. Desa Ciberung, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

Tidak ada komentar: